Aku
rindu, aku rindu, aku rindu.
Namun,
aku tak tahu, apakah masih pantas untukku menyampaikan hal ini padamu?
Jika
pada akhirnya kita hanya akan saling menyakiti, mengapa semesta sempat
menyatukan kita?
Kamu
tahu, pada kondisi normalnya, aku harusnya membencimu.
Namun, apa yang terjadi?
Ternyata
rasa yang kumiliki untukmu jauh lebih besar dari apa yang aku katakan kepada
mereka.
Dan
saat ini aku masih saja merindukanmu.
Kamu
pernah bertanya, “mengapa aku mencintaimu?”
dan
sampai detik ini, aku masih tak tahu alasannya.
Sesering
dan sedalam apapun kamu menggoreskan luka, aku masih saja merindukanmu.
Sebut
saja aku bodoh, sebut saja aku tolol.
Satu
hal yang pasti, rasa yang kumiliki ini tulus untukmu.